Profil Desa Pucanganom

Ketahui informasi secara rinci Desa Pucanganom mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pucanganom

Tentang Kami

Profil Desa Pucanganom, Srumbung, Magelang. Mengupas potensinya sebagai lumbung salak pondoh yang subur, serta denyut kebudayaan melalui kesenian Jathilan yang mengakar kuat di tengah masyarakat agraris lereng Gunung Merapi.

  • Lumbung Salak Pondoh

    Merupakan salah satu desa sentra penghasil Salak Pondoh berkualitas yang menjadi pilar utama perekonomian dan sumber kehidupan bagi sebagian besar masyarakatnya.

  • Benteng Kesenian Jathilan

    Memiliki akar budaya yang sangat kuat dengan tradisi kesenian Jathilan (Kuda Lumping) yang tetap hidup, lestari, dan diregenerasi melalui berbagai sanggar seni lokal.

  • Komunitas Agraris-Budaya yang Harmonis

    Kehidupan masyarakatnya merupakan perpaduan yang seimbang dan harmonis antara ritme kerja sebagai petani dan ekspresi jiwa melalui kegiatan seni serta tradisi komunal yang solid.

XM Broker

Di tengah hamparan lahan pertanian subur di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Desa Pucanganom memancarkan pesona yang khas dan berlapis. Desa ini tidak hanya dikenal sebagai salah satu lumbung Salak Pondoh yang produktif, tetapi juga sebagai sebuah panggung budaya yang hidup, di mana kesenian Jathilan mengakar kuat dan terus berdenyut. Kehidupan di Pucanganom berjalan dalam dua ritme yang saling melengkapi: ritme tenang siklus tanam dan panen yang menopang ekonomi, serta ritme dinamis dari hentakan kaki penari dan alunan gamelan yang menyuburkan jiwa. Desa ini ialah representasi ideal dari sebuah komunitas agraris yang berhasil menjaga keseimbangan antara kerja keras mengolah tanah dan kegembiraan dalam melestarikan warisan seni budaya leluhur.

Geografi dan Demografi: Desa Agraris di Jantung Srumbung

Secara geografis, Desa Pucanganom terletak di posisi yang sangat ideal untuk pertanian. Berada tepat di sebelah utara Desa Srumbung (ibu kota kecamatan), desa ini mendapatkan keuntungan dari aksesibilitas yang mudah sekaligus memiliki lahan yang luas dan subur. Topografinya landai dan bergelombang, dengan sebagian besar wilayahnya didedikasikan untuk perkebunan salak dan lahan pertanian lainnya.Berdasarkan data administratif, Desa Pucanganom memiliki luas wilayah sekitar 2,56 kilometer persegi (km2). Wilayahnya berbatasan dengan Desa Ngablak di sebelah utara. Di sisi timur berbatasan dengan Desa Pandanretno, sementara di sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Srumbung. Di sisi barat, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Kradenan. Posisi sentral ini menjadikan Pucanganom sebagai salah satu desa inti dalam struktur sosial dan ekonomi Kecamatan Srumbung.Menurut data kependudukan terkini, desa ini dihuni oleh sekitar 4.350 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.700 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, yang keahliannya dalam mengelola lahan telah diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikan pertanian sebagai fondasi utama yang kokoh bagi desa.

Lumbung Salak Pondoh: Tulang Punggung Perekonomian Desa

Pilar utama yang menjadi sandaran ekonomi masyarakat Desa Pucanganom adalah budidaya Salak Pondoh. Perkebunan salak mendominasi lanskap visual dan ekonomi desa. Tanah vulkanik yang gembur dan iklim lereng Merapi yang sejuk menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan salak berkualitas tinggi, yang terkenal dengan rasanya yang manis dan teksturnya yang renyah.Bagi warga Pucanganom, kebun salak lebih dari sekadar lahan pertanian; ia adalah aset produktif yang menopang kehidupan keluarga. Hampir setiap pekarangan rumah dan bidang tanah dimanfaatkan untuk menanam salak. Aktivitas ekonomi yang terkait dengan komoditas ini sangat beragam, mulai dari petani pemilik lahan, buruh perawatan dan panen, hingga pedagang dan pengepul yang memasarkan hasilnya ke berbagai kota. Pasar yang stabil dan permintaan yang tinggi terhadap salak dari lereng Merapi menjadikan komoditas ini sebagai pilihan yang rasional dan menguntungkan. Selain salak, masyarakat juga menanam padi di sawah-sawah irigasi dan palawija di lahan tegalan sebagai bagian dari strategi diversifikasi pangan dan pendapatan.

Panggung Budaya Jathilan: Denyut Nadi Kesenian Tradisional

Keunikan Desa Pucanganom yang membedakannya dari desa-desa agraris lain di sekitarnya adalah kehidupan seni tradisinya yang luar biasa hidup, khususnya kesenian Jathilan atau Kuda Lumping. Di desa ini, Jathilan bukan sekadar pertunjukan nostalgia, melainkan bagian integral dari identitas dan ekspresi budaya masyarakat. Pucanganom dikenal sebagai salah satu basis bagi banyak grup atau sanggar kesenian Jathilan yang aktif dan memiliki reputasi baik di tingkat lokal maupun regional.Kesenian ini ditampilkan dalam berbagai perhelatan penting di desa, mulai dari perayaan hari kemerdekaan, acara bersih desa (merti desa), hingga hajatan pernikahan dan khitanan. Panggung Jathilan menjadi ruang di mana seluruh elemen masyarakat, tua dan muda, berkumpul untuk merayakan dan bersukacita. Yang lebih penting, tradisi ini terus mengalami regenerasi. Anak-anak dan remaja di desa secara aktif terlibat dalam sanggar-sanggar seni, belajar menari dan menabuh gamelan dari para seniornya. Proses pewarisan budaya ini memastikan bahwa Jathilan akan terus hidup dan menjadi jiwa bagi Desa Pucanganom di masa mendatang.

Kehidupan Sosial yang Komunal dan Berakar pada Tradisi

Terdapat hubungan yang erat antara kehidupan agraris dan budaya di Desa Pucanganom. Stabilitas ekonomi yang diciptakan oleh sektor pertanian yang mapan memberikan ruang dan waktu bagi masyarakat untuk menggeluti dan mengembangkan kegiatan seni. Semangat kebersamaan atau gotong royong yang menjadi kunci dalam dunia pertanian—seperti saat mengolah lahan atau membangun saluran irigasi—tercermin pula dalam kehidupan berkesenian. Sebuah pementasan Jathilan adalah hasil kerja kolektif yang melibatkan puluhan orang, mulai dari penari, penabuh gamelan, hingga panitia yang mempersiapkan segala sesuatunya.Kehidupan komunal ini diperkuat oleh berbagai tradisi lokal yang masih dijaga. Musyawarah untuk mufakat masih menjadi metode utama dalam pengambilan keputusan di tingkat dusun maupun desa. Ikatan sosial yang kuat ini menjadi modal penting bagi Desa Pucanganom untuk membangun komunitas yang harmonis, tangguh dan berbudaya.

Profil Risiko Bencana dan Ketangguhan Masyarakat

Berada di lereng Gunung Merapi, Desa Pucanganom tidak sepenuhnya bebas dari risiko bencana. Namun posisinya yang tidak berada di jalur langsung sungai-sungai besar pembawa lahar utama menempatkannya pada tingkat risiko yang lebih moderat dibandingkan desa-desa lain. Ancaman utama yang paling mungkin dihadapi ialah hujan abu vulkanik jika terjadi erupsi besar.Tingkat risiko yang relatif lebih rendah ini memberikan ketenangan bagi masyarakat untuk berinvestasi jangka panjang pada aset-aset mereka, baik itu kebun salak yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk produktif, maupun sanggar seni yang memerlukan dedikasi dan sumber daya untuk terus berkembang. Meskipun demikian, sebagai bagian dari masyarakat lereng Merapi, kewaspadaan dan pengetahuan dasar mengenai mitigasi bencana tetap tertanam dalam kesadaran kolektif warga.

Penutup

Desa Pucanganom adalah sebuah teladan tentang bagaimana sebuah desa dapat mencapai kemakmuran yang seimbang. Kemakmuran tersebut tidak hanya diukur dari hasil panen yang melimpah, tetapi juga dari kekayaan ekspresi budaya yang terus hidup dan berkembang. Dengan Salak Pondoh sebagai penopang ekonomi dan kesenian Jathilan sebagai denyut nadi budayanya, Pucanganom berhasil menciptakan sebuah identitas yang kokoh dan unik. Masa depan desa ini terletak pada kemampuannya untuk terus merawat kedua pilar ini, mungkin dengan mengintegrasikannya dalam sebuah konsep agrowisata budaya yang dapat memperkenalkan kekayaan Pucanganom kepada dunia yang lebih luas.